Saat itu aku telah melewati beberapa saat berlatih bersama parkour jogja (JUMPalitan). Saat itu aku tengah mudik ke purwokerto. aku masih ingat betul, saat itu hari jemuah alias jumat sore.
Keesokan paginya, aku ingat betul hari itu sabtu pagi, hari itu tanggal merah, entah hari libur dalam rangka apa, aku iseng pergi ke GOR Satria. Maklum, saat itu adrenalin lagi terkoyak abis. Banyak hal yang pengin aku coba di spot JUMPalitan, aku coba juga di sini.
Baru sampe di GOR, tiba-tiba mataku dikejutkan oleh pemandangan dua orang lelaki remaja, yang satu nampaknya sudah agak uzur, dan satunya lagi masih seumuran SMA dan agak cupu.
Aku rasa mereka kakak-adik. Namun bukan itu yang menjadi perhatianku, justru aktivitas mereka itulah yang sedang aku perhatikan. Mereka melakukan “precision jump”. Wow? Apakah mereka adalah salah dua dari praktisi parkour purwokerto? Wah..kalo ini memang bener, berarti penantianku ketemu praktisi parkour di purwokerto kesampean nih. Beberapa saat perhatianku masih tertuju ke mereka berdua, namun ada hal yang masih sangat menjadi perhatianku, gerakan mereka masih relatif “kasar” dan cenderung “ekstrim”
Masih penasaran, akhirnya aku coba tanyain ke mereka berdua. pertama, aku kira mereka adalah salah dua dari sekian orang praktisi parkour purwokerto yang jadwal latiannya ada di forum PK-id.Yang aku kira kakaknya, namanya dewo. Dan yang masih agak cupu namanya fajar. Dari situlah awal perkenalanku dengan dengan kedua makhluk tadi. Kemudian dari perjumpaan itu kami mulai berbagi pengalaman dan pemikiran tentang apa itu parkour. Setelah tanya-tanya sekian lama, ternyata mereka gak gabung komunitas, cuma semata2 latihan otodidak. Dan ternyata , setelah ngobrol lumayan lama, beberapa kata-kataku tentang parkour cukup
menginspirasikan mereka berdua.
Keesokan paginya, minggu, di GOR. Seperti janji kemarin, kita ketemuan lagi, namun kali ini berbeda, mereka bawa 1 orang personil lagi, namanya Gana. Damn! Tangannya terlalu keras buat ukuran manusia biasa. Dalam pikiranku saat itu aku kira dia android, hehehehe. Dan latihan dilanjutkan, banyak hal yang dibahas, terutama tentang “apa itu parkour” dan seperti apa sih metode latian ala JUMPalitan.
Dari situlah aku mulai mengenalkan adikku ke mereka bertiga, beberapa waktu kemudian adikku (firman) mulai getol berlatih parkour dengan metode latian awal yang bisa dikatakan sangat mirip dengan JUMPalitan. Setelah tim parkour itu terbentuk, aku kembali ke jogja. Mereka berempat (dewo, fajar, gana, n firman) hanya menyebut nama tim mereka dengan nama “parkour purwokerto”.
Pasang surut mulai di alami. Tim yang hanya beranggotakan 4 orang ini tetap konsisten latihan dengan jadwal tetap hari minggu pagi di UNSOED fakultas hukum, sudah..hanya 1 hari itu saja. Sesekali di hari minggu mereka cari spot baru, tapi ujung-ujungnya tetep aja balik lagi, karena lebih nyaman di UNSOED. Sedangkan hari lain mereka hanya bergantung pada janjian mau latian kapan. Namun beberapa bulan berjalan, anggota masih tetap 4 orang. Hal ini bukan karena 4 orang tersebut tidak mau menerima anggota atau membuka diri, tapi memang masih belum banyak orang yang tahu kalo mereka berempat itu berlatih parkour.
Sekitar 4 bulan berlalu, tiba-tiba firman kasih kabar, ternyata di facebook ada komunitas parkour purwoketo dengan nama “TIM KAGUSA”. Dengan pendiri fajar surya atmaja (uya) n wisnu (ares). Aku coba gabung, tapi konfirmasinya lamaaaaaaaa bgt. Seolah-olah menyiratkan kalo grup itu kurang terawat. Postingan terakhirnya aja 1-2 bulan yang lalu. Pokoknya sepi bgt. Bisa dibilang vakum atau mati suri. Aku coba tanya kapan latiannya, tapi gak di bahas, dibalespun enggak.
Dari situ aku coba curhat colongan ke anak-anak JUMPalitan, cerita kalo di pwt ada komunitas parkour yang mati suri, dan satu lagi masih hidup n eksis. Aku pengen coba gabungin kedua komunitas itu. Dari sekian orang yang aku curhatin, sepertinya hanya Krusunk Cent dan Yan Permana aja yang ngerespon. Yan merespon dengan beberapa kali dateng ke purwokerto, tapi memang malang nasibnya, gak pernah ketemu sama satu pun orang parkour tim-nya dewo maupun tim-nya Uya. Masih lebih mending aku yang pernah ketemu tim-nya dewo, tapi belum pernah ketemu tin-nya Uya.
Akhirnya suatu hari (kira-kira sebulan semenjak aku coba gabung grup KAGUSA), aku di confirm dan jadi anggota di grup KAGUSA. Aku coba hubungi Uya lwt facebooknya. Akhirnya..penantianku gak sia-sia, Uya mau diajakin ketemuan bareng tim-nya dewo buat latihan bareng. Dari sini lah aku coba hubungi Sentra, sang bapak JUMPalitan. “sen, ada 2 komunitas parkour di pwt yang mau ketemuan. Kamu dateng ya ke pwt buat kasih sedikit wejangan”. Sentra pun menyanggupi buat ke purwokerto, dia malah ngajakin Noni alias Suryanti yang sekarang jadi ibu JUMPalitan.
Wow, fantastis sekali. Ketemuan pun terjadi. Aku, sentra, noni, dan tim-nya dewo kumpul di alun-alun pwt. Awalnya kita sempat kurang yakin juga Uya dateng soalnya di tunggu nyaris sejam dia gak muncul. Sampe akhirnya penantian gak sia-sia, jam 8 pagi di spot bank BNI alun-alun si Uya dateng bareng temennya, si Wisnu. Akhirnya latian bener-bener di mulai, dan ketemuan bener-bener terjadi. Ini sebuah titik awal baru yang besar buat parkour purwokerto. Dari spot BNI alun-alun, kami bergerak ke spot fakultas hukum UNSOED.
Dari sinilah pada akhirnya, dua tim parkour di purwokerto mulai berlatih bersama untuk pertama kali. Mereka berenam (dewo, Uya, gana, fajar, wisnu, n firman) sepakat buat pake nama “KAGUSA Parkour”, bukan lagi “parkour purwoketo” atau “TEAM KAGUSA parkour”. Dan mulailah mereka membuat kesepakatan buat latihan selasa-kamis-minggu. Lagi-lagi jadwalnya mirip dengan JUMPalitan. Hehehehe. Dan latihan pun mulai berjalan perlahan tapi pasti dengan metode latihan yang benar.
Sekarang, kira-kira 8 bulan semenjak kejadian tadi. KAGUSA parkour mulai menunjukkan progres yang sedemikian baik. Terhitung anggota mulai bertambah, dari yang semula hanya 6 orang, sekarang setidaknya tiap kali latihan ada 8-12 orang yang datang berlatih. Para pentolan,alias founding father pun semakin dewasa membimbing anak-anak baru yang bersemangat berlatih. KAGUSA parkour pun sekarang mulai di segani dan diperhitungkan eksistensinya di GOR satria.
Mungkin itulah sedikit perjalanan awal dari KAGUSA parkour. Di depan masih banyak hal yang akan kita lewati.
Tetap sabar, konsisten, dan seperti kata sentra, “just start with the simple jump”
-Ibnu Sasongko- praktisi JUMPalitan dan anggota tidak tetap KAGUSA parkour. Hehehehe -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar