counters

Sabtu, 08 Oktober 2011

Movie Review: Badai di Ujung Negeri

Badai di Ujung Negeri

Mengangkat isu daerah perbatasan, dengan bumbu-bumbu dilematika romansa percintaan dengan gadis setempat, kisah persahabatan dan konflik menjadikan film Badai di Ujung Negeri layak untuk mengisi perpustakaan perfilman Indonesia.
Setelah dominasi film-film horror di bioskop-bioskop tanah air, film terbaru yang di sutradarai Agung Sentausa ini diharapkan bisa mengobati rasa rindu masyarakat akan film action berkualitas yang dapat memberikan gambaran kisa seorang serdadu yang bertugas diperbatasan.
Film ini bercerita tentang Badai (Arifin Putra), seorang marinir yang ditugaskan di pos jaga perbatasan Indonesia di sebuah pulau di laut China selatan. Penemuan mayat misterius akhirnya dapat mempertemukannya kembali dengan Joko, sahabat lama yang ditugaskan di kapal KRI.
Anisa (Astrid Tiar) seorang gadis setempat yang menjalin cinta dengan sang serdadu, mempertanyakan kepastian hubungan mereka. Dilema bagi Badai, meski cintanya begitu kuat, dia tak mampu membuat kepastian karena keraguan terkait nasib serdadu yang harus siap kapanpun untuk dipindah tugaskan di manapun.
“Dilema ini yang membuat Badai ragu untuk membuat keputusan karena dia bisa dipindah tugaskan kapanpun, di sini akan muncul romantika yang mengaduk-aduk perasaan, antara berbakti kepada negara dan kelangsungan hubungan percintaan,” kata Ari M Syarif, penulis naskah film tersebut.
Dalam rentan waktu yang tidak begitu lama, Dika, anak nelayan teman Badai ditemukan mati, di susul kematian  Nugi, adik Joko yang kemudian menimbulkan kesalah pahaman di antara mereka.
Kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap kerjasama mereka dalam menemukan siapa pembunuh Dika dan mayat-mayat lainnya yang belakangan bermunculan terapung di laut.  Konflik yang muncul di antara dua sahabat ini, akhirnya di manfaatkan oleh para pembunuh yang menjebak, keduanya di sebuah pulau terpencil dan sebuah kapal KRI yang sudah tua .
Sementara itu, tujuan dari para pembunuh itu sendiri sebenarnya adalah pembajakan sebuah kapal tanker di laut perbatasan tersebut.
Pengambilan gambar yang 70% dilakukan di perairan, yaitu di pula Bintan Kepulauan Riau ini memberikan sensasi tersendiri bagi penikmat film, selain itu juga merupakan tantangan yang tak mudah bagi para pemainnya.
Artis komedi kawakan Jojon, yang berperan sebagai Pak Pieter mengaku mendapatkan tantangan tersendiri dalam memerankan tokoh tersebut. Selain peran antagonis, pengambilan gambar yang menggunakan crane memacu adrenalinnya untuk bisa tetap fokus ketika berada di ketinggian tertentu.
 
Film ini bercerita mengenai seorang pria bernama Badai seorang marinir yang ditugaskan di pos jaga perbatasan Indonesia di sebuah pulau di Laut
Cina Selatan. Penemuan mayat misterius mempertemukannya kembali dia dengan Joko, sahabat lama yang ditugaskan di kapal KRI
Anisa seorang gadis setempat mempertanyakan kepastian hubungannya dengan Badai. Badai ragu untuk membuat keputusan karena dia bisa dipindah tugaskan kapanpun, kemanapun
Dika, anak nelayan teman Badai ditemukan mati. Kesalahpahaman Joko dan Badai tentang kematian Nugi, adik Joko, mempengaruhi kerjasama mereka dalam menemukan siapa pembunuh Dika dan mayat-mayat lainnya yang belakangan bermunculan terapung di laut. Badai dan Joko dijebak ke pulau terpencil, memanfaatkan kelemahan konflik di antara mereka dan kondisi kapal KRI yang sudah tua para pembunuh merencanakan pembajakan sebuah kapal tanker di laut perbatasan
Berhasilkan Badai dan Joko menemukan para pembunuh itu?



Genre : Drama
Tanggal rilis : 29 September 2011
Sutradara : Agung Sentausa
Penulis : Ari M Syarif
Produser : Pingkan Warouw
Produksi : Quanta Pictures
Pemain : Arifin Putra, Astrid Tiar, Yama Carlos, Jojon, Ida Leman
Homepage : http://www.badaidiujungnegeri.com
Download link: maaf, belum tersedia
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar