Buku yang diterbitkan oleh sebuah penerbit Aljazair itu, ujar Garaudy pada IslamOnline, memulai bahasannya dengan perjalanan 3000 tahun peradaban Barat yang diwarnai oleh terorisme hingga mencapai peradaban AS modern. Dan kini AS memelopori kampanye anti-teroris untuk memukul habis musuh-musuhnya. Buku tersebut dicetak di Aljazair, setelah karya itu ditolak seluruh penerbit Perancis lantaran takut diserang balik lobi Yahudi.
eramuslim - Pada bagian kedua, ungkap Garaudy, buku itu memaparkan tentang akan datangnya masa-masa pencerahan setelah itu, dengan sub-judul “Islam and Modernity”.
Masa itu, ungkap buku Garaudy, akan ditandai dengan kehidupan harmoni yang cerah antara Islam dan modernitas Barat. Buku itu juga menyoroti tentang keunggulan Islam, dan bahwa “Islam ekstrim” sebetulnya adalah suatu penyakit yang akan segera berlalu dari kehidupan masyarakat Muslim.
Ditanya apakah “Terorisme Barat” terjadi sebagai respon terhadap serangan 11 September 2001 atas Washington dan New York? Garaudy mengatakan, bahwa dalam pembukaan bukunya menunjukkan, bahwa ia mulai menulis bukunya sebelum serangan 11 September. Dari sini Garaudy berhasil menguatkan hipotesanya bahwa terorisme Barat sesungguhnya terjadi jauh sebelum itu.
Dua bangunan pencakar langit kembar dan Pentagon, ungkap Garaudy, merupakan target-target pilihan yang jitu bagi penulisan media-media selama lebih 50 tahun hegemoni AS. Waktu dimana CIA, tuduh penulis itu, bekerja secara rahasia dengan kelompok-kelompok garis keras Islam untuk mengelabui dunia. Dengan begitu AS ingin mengalihkan perhatian dunia dari catatan kejahatan-kejahatan mereka selama 5 dekade.
Tidaklah mudah, tandas Garaudy, untuk melupakan horor-horor kejahatan Nazi, pembom-atoman Nagasaki dan Hiroshima. Dalam kasus serupa, tidak juga mudah melupakan kejahatan-kejahatan AS di Vietnam, Nikaragua, Guatemala, dan Irak. Namun dengan isu terorisme itu, ungkapnya, AS berhasil mengelabui dunia dan dunia pun lupa terhadap berbagai kejahatan negara adi-daya itu.
Serangan 11 September dan suatu skenario anyaman AS untuk menangkap pemimpin Al Qoidah Osama bin Laden, menurut Garaudy, berjalan mulus dalam mendukung plot-plot CIA dan militer AS untuk menggambarkan “terorisme Islam” sebagai musuh baru.
AS sengaja mengeksploitasi isu terorisme Islam untuk mengobarkan perang di Afghanistan dan Irak. AS juga mengangkat isu membangun kembali demokrasi dalam memerangi negara-negara yang akan mereka kuasai. Padahal, tandas Garaudy, alasan sesungguhnya adalah AS ingin mengeruk kekayaan gas di Asia Tengah, serta menyedot habis ladang-ladang minyak Irak.
Garaudy juga menggarisbawahi, bahwa AS sukses membangun suatu koalisi anti-teror, seolah-olah negara itu bersih dari dosa kejahatan terornya. Namun sejumlah besar negara meyakini, bualan besar (big lie) itu dirancang oleh CIA.